5 Streamer Wanita yang Mendapatkan Pelecehan Ketika Bermain Video Game dan Pentingnya Kesetaraan Gender
Pembaca tentu paham dengan adanya beberapa kejadian terakhir yang melibatkan pelecehan seksual, rasisme dan diskriminasi. Ini merupakan sesuatu yang sering terjadi dikalangan gamer secara internasional yang membuat penulis sendiri agak resah apabila masih berkelanjutan. Penulis sendiri belum memastikan apakah adanya diskriminasi, rasisme dan pelecehan seksual di dalam game online sudah sering terjadi atau tidak di Indonesia. Menurut penulis sendiri hal ini sudah mendekati sesuatu yang tidak etis, bahkan pelaku yang melakukan hal tersebut dapat dianggap sebagai toxic player.
Perlakuan seperti ini bisa seperti melontarkan kata-kata tidak pantas seperti meminta untuk mengirim foto bugil, adanya perkataan tidak senonoh kepada Gamer Wanita, catcalled dan lainnya. Hal-hal seperti ini membuat gamer wanita menjadi tidak nyaman ketika bermain game, bahkan membuat mereka kesulitan untuk fokus pada permainan dan harus mematikan baik text chat maupun voice chat pada game tersebut. Hal ini diketahui juga sering terjadi pada game yang bersifat team-based seperti DoTA2, CS:GO, Rainbow Six: Siege dan lainnya. Tidak banyak para gamer wanita yang mencoba untuk membicarakan hal ini atau speak-up atas permasalahan ini.
Fenomena ini bila ditelusuri kejadiannya di Indonesia, penulis tidak banyak menemukan kasus mengenai adanya pelecehan secara verbal melalui game online, hanya ada beberapa artikel saja yang mencoba untuk membahas permasalahan ini. Hal ini juga yang membuat para media juga sulit untuk memberikan edukasi kepada masyarakat. Apabila hal ini juga sering terjadi di Indonesia dan tidak banyak gamer wanita yang tidak membicarakan permasalahan ini, tentu akan menjadi masalah yang serius di kemudian hari. Penulis hanya menemukan pelecehan semacam ini di lingkungan kerja atau lingkungan sekitarnya. Tapi sepertinya tidak banyak pula yang menyadari game online juga dapat menjadi sarang para pelaku pelecehan di dunia maya.
Ini bukan berarti game online bukanlah sesuatu yang buruk bagi para wanita, hal ini justru membutuhkan pengawasan dari beberapa pihak seperti dari pihak developer sendiri. Fungsi report pada game online menurut penulis masih kurang cukup baik untuk memberantas hal ini, bayangkan bila seorang player yang sudah direport tetapi memiliki backup account, tentu player tersebut dapat tetap melakukan aksinya terhadap gamer wanita. Fungsi report yang digunakan tentu perlu dikembangkan dengan pilihan seperti “Sexual Assault”, “Harrassment” dan lainnya. Karena secara umum fungsi report hanya menampilkan tombol report saja atau hanya dengan pilihan “AFK”, “Low Skill Level”, “Using Cheats” dan masih banyak lainnya.
Beberapa content creator baik dari Twitch dan juga Youtube sering mengalami hal seperti ini, bahkan mereka sempat merekamnya. Dibawah merupakan 5 gamer wanita yang pernah mengalami hal tersebut, tentu 5 gamer wanita tersebut hanyalah sebagian kecil dari pemain yang pernah merasakan pelecehan maupun mendapatkan perlakuan yang tidak sepantasnya.
Daftar isi
1. Leena Van Deventer
Merupakan seorang penulis buku, game director dan juga seorang player. Pengalamannya ketika bermain video game saat itu adalah ketika ia bermain Team Fortress 2, ia mendapati seorang player melakukan pelecehan seperti meminta foto bugil, menanyakan pakaiannya serta ada pemain yang melakukan masturbasi ketika permainan berlangsung. Leena mengaku bahwa ia mendengar pemain yang masturbasi tersebut melalui voice chat yang aktif. Tentu pengalaman tersebut merupakan sesuatu hal yang sangat tidak bisa ditoleransi. Hal ini membuat Leena juga menulis sebuah buku sebagai co-author yang berjudul “Game Changers: From Minecraft to Misogyny, The Fight for The Future of Videogames” bersama dengan Dr. Dan Golding, yang bertujuan untuk dibaca oleh masyarakat atas adanya diskriminasi dan rasisme di dalam sebuah video game.
2. Chassidy Kaye a.k.a Cupcake
Salah satu streamer, Cupcake, mendapati bahwa dirinya adanya perlakuan tidak pantas ketika bermain video game. Saat itu ia sedang bermain Overwatch dan beberapa pemain pria yang mengatakan “Go mop my floor” dan lainnya secara samar-samar, yang sebenarnya hal itu tidak sopan untuk dikatakan kepada pemain wanita. Penulis sendiri tidak begitu mendengar beberapa kalimat lain yang dikatakan karena para pemain pria tersebut tertawa keras. Pembaca bisa mengklik link berikut untuk mengetahui lebih lanjut https://twitter.com/chassidykaye/status/1150430606700044289?s=20
3. Marti a.k.a Onmarti
Ada kasus yang baru-baru ini terjadi yang dialami oleh Onmarti. Perilisan Valorant pertama kali saat itu ditemukan kejadian yang tidak menyenangkan. Ketika Onmarti bermain Valorant di mode bomb atau Spike dan hampir memenangkan ronde, seorang pemain pria melontarkan kata-kata rasis seperti “Textbook Woman” dan merasa kesal kenapa harus wanita yang men-defuse bomb. Tidak lama, hal ini membuat Riot mengambil tindakan untuk meningkatkan kenyamanan dan keamanan para pemain terhadap kejadian seperti ini. Pembaca bisa mengklik link berikut untuk mengetahui detailnya https://twitter.com/Onmarti/status/1260862564470263808?s=20
4. Anne a.k.a Annemunition
Anne terkenal dengan julukannya sebagai Annemunition, dan namanya semakin melejit ketika ia dikenalkan di salah satu scene eSport Rainbow Six: Siege yakni Six Invitational 2018. Wanita dengan paras cantik satu ini tidak luput dari perlakuan tidak pantas selama bermain game. Beberapa kejadian bahkan dinilai etis seperti salah streamer di Twitch melakukan hal seperti “mencium” Anne dengan cara mengubah posisi kamera stream mendekati wajah Anne. Pembaca bisa mengklik link ini untuk mengetahui video yang tidak etis tersebut, bayangkan saja itu dilakukan dengan banyak penonton https://twitter.com/AnneMunition/status/1095444228920856576?s=20
5. Samantha Schwemm a.k.a. Spawntaneous
Spawntaneous dikenal di kalangan player Rainbow Six: Siege dengan konten di youtube yang berjudul “ OMG a girl!”, sebuah kompilasi Spawntaneous menghadapi para player yang melakukan pelecehan dan juga beragam pemain toxic yang bermain bersamanya.
Beberapa kejadian ini tentunya cukup menjadi pembelajaran bahwa hal-hal seperti ini seharusnya sesuatu hal yang memalukan untuk dilakukan. Semua orang bahkan para wanita sekalipun memiliki hak yang sama dengan para pria. Adanya diskriminasi, rasisme dan pelecehan seksual baik secara verbal maupun non-verbal perlu menjadi perhatian yang cukup serius. Semua orang berhak mendapatkan perlakuan yang sama, dimulai dari dengan menghargai seseorang yang berada disekitar kita.